Apakah Mama dan Papa tahu, sejak kapan anak sebenarnya mulai punya teman? Mungkin banyak yang mengira persahabatan baru bisa terbentuk saat anak sudah cukup besar. Padahal, proses ini sudah dimulai sejak bayi, loh! Seiring bertambahnya usia, anak-anak mulai belajar berinteraksi, berbagi, dan memahami perasaan orang lain. Dari sekadar tersenyum hingga mengerti arti loyalitas, setiap tahapan memiliki peran penting dalam perkembangan sosial mereka. Yuk, kita bahas lebih dalam!
Mengapa Memiliki Sahabat di Usia Dini Penting?
Ternyata, persahabatan punya banyak sekali manfaat untuk perkembangan anak! Selain memberikan rasa percaya diri yang lebih besar, persahabatan juga membantu anak untuk mengatasi perasaan cemas atau kesepian. Anak yang memiliki teman sejak kecil cenderung lebih percaya diri, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan lebih baik dalam mengelola emosi. Selain itu, persahabatan juga mengajarkan anak tentang empati, kerja sama, serta bagaimana menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Jadi, meskipun mereka masih kecil, hubungan sosial yang mereka bentuk sejak dini bisa menjadi bekal berharga untuk kehidupan mereka di masa depan.
Tahapan Perkembangan Persahabatan pada Anak
Persahabatan anak tidak muncul begitu saja, melainkan berkembang seiring dengan pertumbuhan mereka. Dalam hal ini, setiap usia memiliki ciri khas interaksi sosial yang berbeda. Nah, ini dia tahapan-tahapannya:
- 0-1 Tahun: Interaksi Awal Melalui Isyarat Non-Verbal
Di tahun pertama kehidupannya, bayi memang belum bisa berbicara atau bermain bersama teman sebaya. Namun, hal ini bukan berarti mereka tidak bisa membangun hubungan sosial. Ternyata, mereka mulai menunjukkan ketertarikan terhadap orang lain lewat isyarat non-verbal, seperti tersenyum, tertawa, atau mengayunkan tangan saat melihat bayi lain. Ini adalah cara mereka untuk mulai berkomunikasi dan membangun koneksi sosial pertama mereka, loh! Menarik, ya?
- 2-3 Tahun: Mulai Bermain Bersama, Meski Masih Minim Komunikasi
Di usia ini, anak mulai menunjukkan ketertarikan lebih besar untuk bermain dengan teman sebaya. Meskipun mereka masih dalam tahap “parallel play” (bermain berdampingan tanpa banyak berinteraksi), mereka mulai berbagi mainan, meniru teman-temannya, dan menikmati keberadaan satu sama lain. Pada tahap ini, mereka memang belum sepenuhnya memahami konsep persahabatan, tetapi ini adalah langkah awal dalam membentuk hubungan sosial yang lebih mendalam di kemudian hari, loh!
- 4-5 Tahun: Mulai Memilih Teman Dekat dan Peduli pada Emosi Teman
Di usia prasekolah, anak mulai lebih aktif dalam bersosialisasi. Mereka tidak lagi sekadar bermain bersama, tapi juga mulai memilih teman yang paling mereka sukai. Di tahap ini, mereka mulai menyebut seseorang sebagai “teman” dan menunjukkan kepedulian terhadap perasaan teman-temannya. Kalau mereka merasa senang bermain bersama, mereka akan bilang, “Dia temanku!” Namun, kalau ada konflik, mereka juga bisa menunjukkan rasa kecewa, misalnya dengan berkata, “Aku nggak mau main sama dia!” Pada tahap ini, anak juga mulai belajar lebih banyak tentang berbagi, memahami emosi, dan bagaimana bekerja sama dalam kelompok kecil.
- 6-7 Tahun: Mulai Memahami Loyalitas dan Cara Menyelesaikan Konflik
Ketika anak memasuki usia sekolah, persahabatan mereka mulai berkembang lebih dalam. Mereka bukan hanya bermain bersama, tapi juga mulai memahami konsep loyalitas dan kepercayaan. Mereka mulai merasa nyaman berbagi cerita dengan teman dekatnya dan bisa merasa cemburu jika temannya bermain dengan anak lain. Di usia ini, mereka juga mulai belajar tentang bagaimana menyelesaikan konflik. Jika sebelumnya mereka lebih sering menghindari teman yang membuat mereka kesal, sekarang mereka mulai bisa membicarakan masalahnya dan mencari solusi. Orang tua punya peran penting di sini untuk membimbing anak agar bisa mengelola emosi dan membangun hubungan pertemanan yang sehat, nih!
Peran Orangtua dalam Mendukung Persahabatan Anak
Meskipun anak-anak punya naluri alami untuk bersosialisasi, mereka tetap butuh bimbingan dari orang tua agar bisa menjalin hubungan yang sehat dan bermakna. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendukung perkembangan sosial anak antara lain:
- Mengajak anak bermain dengan teman sebaya, misalnya dengan mengatur playdate atau mengikuti kegiatan kelompok.
- Mengajarkan anak tentang empati dan berbagi, supaya mereka bisa lebih memahami perasaan teman-temannya.
- Memberikan contoh bagaimana menyelesaikan konflik dengan baik, karena anak belajar banyak dari bagaimana orang dewasa di sekitarnya menyelesaikan masalah.
- Mengenalkan anak pada keberagaman, agar mereka bisa lebih mudah beradaptasi dan menghargai perbedaan dalam pertemanan.
Penulis: Aurelia Deviyana Putri
Ditinjau Oleh: Vassa Mustikahati, S.Psi, BA, MSc
Referensi:
Friendometry Editorial Team. (2025). At what age do kids start having friends? – Friendometry. Friendometry. Retrieved February 19, 2025, from https://friendometry.com/at-what-age-do-kids-start-having-friends.
Krista, O. (2023). Friendship for kids at every age | Slumberkins. Slumberkins. Retrieved February 19, 2025, from https://slumberkins.com/blogs/slumberkins-blog/friendship-for-kids?srsltid=AfmBOooWipo5Dgi0rMLG1Cuoti0k9LpNxcVJhpvWjKePM4CHWks7zLDw
Vandell, D. L., Nenide, L., & Van Winkle, S. J. (2008). Peer relationships in early childhood. In Blackwell Publishing Ltd eBooks (pp. 455–470). https://doi.org/10.1002/9780470757703.ch22.
Yu, S., Ostrosky, M. M., & Fowler, S. A. (2011). Children’s Friendship Development: A Comparative study. Early Childhood Research and Practice, 13(1), 1–16. https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ931228.pdf